Thursday, November 29, 2007

Kecelaruan

Sesekali kita mendepani
kecelaruan yang amat berat
hngga terasa waktu begitu menjerat
leher janji atau pembuluh tugas
yang saban waktu menuntut gerak
yang lebih pantas daripada deras
atau lebih cepat daripada cahaya
yang datang ke bumi tiap setiap saat.

Aku hanya memiliki sepasang tangan
dan sepasang kaki yang bergerak
segerak dengan bicara akal
tetapi tuntutan hidup lebih deras
daripada air sungai yang mengalir
atau air terjun yang menjunam
ke dasar tuntutan manusiawi.

Memang benar waktu begitu amat
cemburu saat kita bergegas
menjalankan sekian banyak tugas
tetapi kitalah yang bersenang-senang
membiarkannya berlalu saat kita
bermalas-malas walau sebenarnya
hidup bukan menuntut kelesuan
minta yang celaru akan bertambah
celaru memintal tanggungan hari ini
yang berkait dengan hari kemudian.

Maafkan aku, teman
aku telah berusaha sepantas mungkin
tetapi yang lemah bukan kehendakku
tetapi kemampuan diriku. Saat orang
mendengar azan di angkasa, aku
masih duduk di bawah pokok celaru
yang memungkinkan hati dan jiwaku
terpenyek ditimpa gunungan kesedihan.

AMINHAD,
SMK Seri Indah, Petaling.

Wednesday, November 14, 2007

Alam Cerianya Alam Cahayaku


Hanya mainan menjadi keinginan
mengejek, merajuk atau menangis
seketika kegirangan mercup segera
usikan dan kemarahan cuma gurauan.

Seketika menjadi gergasi
ada kalanya merupa raksasa
pahlawan berani pun datang
puteri sedih terkorbannya abang.

Putera-puteriku menghiasi hari
kasih ditagih rengekan disua
dodoi ayah tak selunak ibu
asal mereka terlena dipangku.

Demikian hiasan hidup dianugerahi
tanggungjawab dan amanah pasti
sahabatku mengeluh dia sendiri
bersyukurlah, anak-anak itu rezeki.

AMINHAD,
Putrajaya.

Aku yang Menghitung Aksara Usia


Senja memberikan peringatan
seperti sepohon usia
yang diranggas waktu
daun-daunnya pasti gugur
dibakar hidup yang memijar
dan kasih subuh sepeti embun
yang kekal di ujungan rumput
tetapi tetap menghantar pesan
hari silih berganti dan
daun usia pun pasti
menukar warna diri.

Seperti ombak yang memukul pantai
singgahnya hanya seketika
demikian usiaku ini pinjaman
sekadar sekian-sekian detik cuma
hitunglah untuk waktu yang
tinggal entah berapa kali sahaja
peluang untuk menebus rimbun dosa.

AMINHAD,
Putrajaya.

Lorong Rumah Kampung Pulau Indah

Lorong & Selirat Duga

Lorong & Selirat Duga

Ini lorong dari rumah ke jalan luar
nampak meriah dihiasi bunga kertas
yang menyala sentiasa dalam kalbu
dan tergantung dalam kamar hatiku.

Ini lorong dari rumah ke jalan luar
desa yang pernah kutinggalkan jauh
dan sesudah dewasa alam anak-anak
kekal memenuhi kamar dewasa juga.

Demikian lorong hidup yang kita rintis
meriahlah kalau seindah yang kita impi
tetapi menjadi gelap apabila datang duga
yang memalapkan lorong juang jiwa.

Demikian lorong harapan seribu cuba
seribu duga memohon akal dan usaha
Dia memberikan kepada yang mampu terima
penigkatan iman adalah tersembunyi sifatnya.

AMINHAD,
Putrajaya.

Suatu Renungan


Sahabat itu seperti sekian jumlah jari
yang panjang mendahului kelingking
yang besar mengawal telunjuk
sebelum jari manis menceritakan segala
keistimewaan antara kita.

Sahabatlah yang memaknakan segalanya
apabila pena meluncurkan kata-kata
dan kata-kata memercikkan pesan
sebelum bibir meluahkan api benci
keampuhan antara gugus doa kita.

AMINHAD,
Putrajaya.

Monday, November 12, 2007

Tombak Hujan di Kaki Petani

Sarat sedunya melindungkan hiba
wajah ungunya menceritakan perasaan
alangkah gundah kecewa menjelma
gerimis mercup menumbuhkan igauan.

Usah menyalahkan lembing hujan
yang menombak dadamu saban hari
sedang malam berkelambu duka
menghanguskan kuali kosongmu.

Esok tombak hujan datang lagi
tanpa amaran tanpa kebenaran
kerana tidurmu pun pinjaman cuma
dunia manusia mencambah sengketa.

Tombak hujan bukan akur janji
bumi aman sejati, tetapi
lambang rezeki yang melimpah
ada kalanya menghantar musibah.

AMINHAD,
Putrajaya.

Tuesday, November 06, 2007

Semilir Angin Bendang


Semilir angin mengiringi subur bendang hijau
seperti mengiringi kawanan beburung yang datang
ketika panen kekuningan padi menghamburkan ceria
anak-anak petani bermain lumpur dan sepat ronggeng
di batas anak-anak berlarian mengejar pipit haji
semuanya memesrai kebiruan dan kawanan awan
sebagai meraikan rahmat yang setia daripada-Mu, Rabb
selepas kami menadah tangan kecut dan kering ini.

Semilir angin tak pernah kenal tua
atau jemu untuk menyampaikan salam bahagia
saat terik atau redup dan senja yang terbaring
ke kaki hari yang merubah namanya.

Kalau esok kau temukan lagi pipit haji menyambar padi
itu petanda rezekimu masih ada lagi di sini
dan semilir angin akan megelus rindumu ke desa
anak kota hanya pandai terlopong dan terfana.