Monday, March 16, 2009

Kesempitan yang Mendera

Hujan mendera rasa
pun waktu memburu usia
tatkala gerimis membasahi hamnparan senyum
dan tumitmu terluka oleh olah noda.

Kesempitan memang mendera
sedang kedut semakin menghias muka
sementara dugaan semakin mencengkam
dalam pahit masi tak tertelan,
sekadar dikemam.

Inilah beza lembaran hayat antara kita
kesempitan dan kelapangan menjarakkan cara
sedang rel hidup perlu terus disusuri
hari ini bertatih mungkin esok boleh berlari.

AMINHAD,
Presint 9, Putrajaya.
5.03 petang.
16 Mac, 2009.

6 comments:

Sham al-Johori said...

Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.

Sham al-Johori said...

Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.

Sham al-Johori said...

Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.

anazkia said...

Salam Kenal...:) bagus puisinya...

Ghazali Lateh said...

Amin, nampaknya Hj Shamsudin teruja benar dengan puisi 'kesempitan' itu hingga buat komen yanng berulang-ulang. He he..

Amal @ PriaPrai @ Chulan Chin said...

slm sdrku..

mohon beri pandangan terhadap cerita pendek teman..

t/ksh.