Hujan mendera rasa
pun waktu memburu usia
tatkala gerimis membasahi hamnparan senyum
dan tumitmu terluka oleh olah noda.
Kesempitan memang mendera
sedang kedut semakin menghias muka
sementara dugaan semakin mencengkam
dalam pahit masi tak tertelan,
sekadar dikemam.
Inilah beza lembaran hayat antara kita
kesempitan dan kelapangan menjarakkan cara
sedang rel hidup perlu terus disusuri
hari ini bertatih mungkin esok boleh berlari.
AMINHAD,
Presint 9, Putrajaya.
5.03 petang.
16 Mac, 2009.
6 comments:
Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.
Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.
Tuan guru,
Bukankah kita selalu mencari yang sempit untuk menikmati nafsu yang buas?
Hehehe, oleh itu kesempitan itu adalah makna keinginan yang infiniti.
Salam Kenal...:) bagus puisinya...
Amin, nampaknya Hj Shamsudin teruja benar dengan puisi 'kesempitan' itu hingga buat komen yanng berulang-ulang. He he..
slm sdrku..
mohon beri pandangan terhadap cerita pendek teman..
t/ksh.
Post a Comment